Bagaimana Menghilangkan Rasa Iri pada Anak Kita – Banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya (memiliki) rasa iri pada kakaknya, atau adiknya, atau temannya di sekolah. Menghilangkan rasa iri pada anak perlu pendekatan yang penuh empati, edukatif, dan konsisten. Orang tua wajib mengetahui pemicunya, membantu anak memahami emosinya, dan menanamkan nilai syukur serta empati sejak sedini mungkin.
Anak Merasa Iri, Kok Bisa?
Rasa iri adalah emosi alami yang muncul ketika seseorang merasa kurang, atau tidak puas terhadap orang lain. Pada anak, rasa iri bisa timbul karena:
- Membanding-bandingkan: Melihat teman memiliki mainan baru, kakaknya dipuji sedangkan dia tidak (dibanding-bandingkan), atau lebih ‘harum’ namanya.
- Tidak dapat mengelola emosi: Anak belum mampu mengidentifikasi dan mengelola perasaan negatif.
- Lingkungan yang sangat kompetitif: Sekolah, media sosial, atau bahkan keluarga bisa memicu rasa ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain.
Kalau tidak dicegah atau ditangani, maka rasa iri bisa berkembang menjadi perasaan rendah diri, agresi, atau kesulitan menjalin hubungan sosial.
Anak Merasa Iri, Apa Tanda-Tandanya?
Beberapa ‘gejala’ yang bisa mengindikasikan bahwa anak sedang merasa iri diantaranya:
- Suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.
- Menunjukkan sikap tidak senang/bersimpati saat orang lain mendapat pujian.
- Mengkritik atau meremehkan pencapaian teman, atau kakak, atau adiknya.
- Memperlihatkan kemarahan atau kesedihan tanpa alasan jelas.
Memahami tanda-tanda ini membantu orang tua agar mampu merespons dengan bijak dan tepat sebelum rasa iri tersebut berkembang menjadi masalah yang lebih besar.
Cara Menghilangkan Rasa Iri pada Anak
Berikut adalah pendekatan yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak mengatasi rasa iri:
- Mengajari Anak agar Dapat Mengenali dan Mengungkapkan Emosinya.
Anak perlu tahu bahwa merasa iri bukanlah hal yang memalukan, tapi harus diakui dan dipahami. Orang tua bisa menggunakan buku cerita, permainan peran, atau diskusi ringan untuk membantu anak mengenali perasaan mereka.
- Menanamkan Rasa Syukur.
Membiasakan anak untuk menghargai apa yang mereka miliki dapat dimulai dengan rutinitas harian seperti “tiga hal yang membuatku bahagia hari ini.” Ini membantu anak agar selalu fokus pada hal-hal positif dalam hidupnya.
- Tidak Membanding-bandingkan Anak.
Kata-kata yang terucap dari lisan kita, seperti: “Kakakmu lebih rajin” atau “Temanmu lebih pintar” bisa memperkuat rasa iri. Sebaliknya, fokuslah pada kekuatan dan perkembangan anak secara individual.
- Memuji Anak secara Spesifik dan Jujur.
Pujian yang tepat bisa meningkatkan rasa percaya diri anak. Tidak perlu memuji secara berlebihan, dan berikan apresiasi atas usaha, bukan hanya hasil.
- Mendorong Empati dan Kerja sama.
Libatkan anak dalam kegiatan sosial seperti ‘Jumat Berkah’, berbagi mainan, buku2 bekas, pakaian bekas, alat tulis, membantu teman, atau proyek kelompok. Hal-hal tersebut dapat menumbuhkan rasa empati dan mengurangi fokus pada rasa ingin bersaing dan/atau mengalahkan.
- Membatasi Paparan Media Sosial.
Ketika anak sudah mengenal med-sos, internet, dan sebagainya, penting untuk membatasi dan mendampingi penggunaannya. Media sosial sering menampilkan kehidupan yang kelihatannya sempurna dan ‘wow’, yang bisa memicu rasa iri.
- Menjadi Teladan (Role Model)
Anak–anak kita tentunya belajar dari orang tuanya (masing-masing). Kalau orang tuanya suka atau sering menunjukkan sikap iri, atau sering membandingkan diri dengan orang lain, maka kemungkinan besar sang anak akan menirunya. Akan tetapi begitu juga sebaliknya, kalau orang tuanya menunjukkan sikap positif, selalu bersyukur, dan penuh empati kepada orang lain dalam kehidupan sehari-hari, maka hal-hal tersebutlah yang akan ditiru oleh anak-anaknya.
Apa Saja Aktivitas atau Kegiatan yang Bisa Membantu Anak Mengatasi Rasa Iri?
- Membuat diary/catatan/jurnal syukur harian: Anak-anak menulis atau menggambar hal-hal yang mereka syukuri setiap hari.
- Bermain peran: Bermain skenario di mana anak mendapatkan stimulus tertentu untuk belajar belajar merespons situasi yang memicu rasa iri.
- Kisah-kisah inspiratif: Membacakan kisah-kisah tentang tokoh atau orang-orang ‘besar’ yang mampu mengatasi rasa iri dan belajar menghargai diri sendiri.
- Proyek bersama: Melibatkan anak dalam kegiatan kelompok yang lebih berfokus pada/menekankan kerja sama, bukan kompetisi.
Perlukah Mencari Bantuan Profesional?
Apabila rasa iri pada anak sudah sangat mengganggu hubungan sosial, prestasi akademis, atau menimbulkan perilaku agresif dan/atau merugikan orang lain, maka konsultasi dengan psikolog anak bisa menjadi langkah bijak. Terapi bermain atau konseling bisa membantu anak memahami dan mengelola emosinya dengan lebih baik.
Penutup
Rasa iri pada dasarnya merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak. Dengan pendekatan yang penuh kasih sayang, edukasi yang intens dan konsisten, orang tua bisa membantu anak mengubah rasa iri menjadi motivasi positif. Kuncinya adalah membantu anak mengenali emosinya, menanamkan nilai syukur, dan membangun empati sejak sedini mungkin. By Fikar School