JANGAN MELABEL ANAK; Kadang kita sebagai orang tua gampang sekali melabel anak dengan kata “nakal, bandel, susah diatur” dan lain-lain kepada anak-anak kita. Padahal bagi mereka, kata-kata tersebut belum ‘jelas’ apa maknanya, apa maksudnya. Mereka belum tentu paham perilaku yang mana yang salah, yang harus diperbaiki. Lalu mereka langsung dibilang “Nakal Kamu”… maka mereka pun bingung, dan kembali melakukan kesalahan yang sama.
Kita saja sebagai orang dewasa tidak akan paham kalau kita diberikan cap ‘nakal’ tetapi tidak diberikan penjelasan ‘nakalnya di mana’ –perilaku salah kita yang mana yang harus diperbaiki, dan perilaku benar yang mana yang harus kita lakukan. Apalagi anak-anak kita yang pikirannya masih belum terpola, karena masih belum memiliki banyak wawasan dan pengetahuan yang dibutuhkannya.
Anak-anak masih membutuhkan bimbingan dari orang-orang dewasa di sekitarnya, terutama orang tuanya. Apalagi kalau kita hanya bisa memarahinya… akan jadi seperti apa anak-anak kita kelak? Ingat, ucapan kita sebagai orang tua adalah do’a bagi anak. Apakah kita mau terus mendoakan hal yang buruk kepada anak kita? Maka bijaklah dalam mengeluarkan kata-kata kepada anak-anak kita. Oleh karenanya, maka:
- Ucapkanlah hanya hal-hal yang baik-baik saja untuk anak-anak kita, agar kita secara sadar maupun tidak sadar selalu turut mendoakan hanya kebaikan saja kepada anak. Bukankah hal itu yang kita inginkan sebagai orangtua kehidupan yang baik bagi anak-anak kita…(?)
- Kalau ingin menegur anak, apalagi sampai ingin memarahinya… jangan mengeluarkan kata-kata yang tidak mereka pahami, bahkan mereka tidak tahu apa kesalahannya. Agar anak dapat memperbaiki kesalahannya, pikirkanlah terlebih dahulu kata-kata yang ingin kita ucapkan.
- Pahamilah juga bahwa tugas kita sebagai orang tua adalah menjaga ‘amanah’ berupa anak yang ‘dititipkan’ oleh Tuhan kepada kita. Jadi, sebagai orang yang dititipkan amanah, jagalah dengan sungguh-sungguh, sebaik-baiknya… karena nanti kita akan ‘ditagih’ oleh yang menitipkannya –jangan sampai ketika kita ditagih, kita tidak dapat mempertanggungjawabkannya.