Sabar dalam Mendidik Anak

16 Dec
0 comment

Sabar dalam Mendidik Anak; Mendidik anak memang harus sabar. Bahkan SUPER sabar… sejak pagi hingga malam hari –tak jarang sampai pagi lagi– menghadapi ulah anak yang tak ada habisnya: minta digendong, bertengkar dengan adiknya, ngompol di kasur, menangis tanpa henti, susah makan, merengek minta jajan, dan lain sebagainya. Padahal kita pun sudah lelah dengan pekerjaan rumah, pekerjaan kantor yang tak kunjung selesai.

Mungkin saja emosi kita sudah memuncak… kepala ‘mau pecah’, dada terasa sesak… maka yang kita butuhkan saat itu adalah kejernihan pikiran agar tidak dikuasai oleh amarah. Namun sadarkah kita bahwa anak adalah ujian bagi orang tuanya. Jika kita mampu bersabar, maka kelak kita akan menuai buah dari kesabaran kita itu –ketika mereka telah dewasa, kala mereka telah terbiasa dan terdidik dengan kebaikan yang kita ajarkan dan mereka menjadi orang yang taat pada Tuhannya.

Dalam hal apa sajakah kita harus bersabar ketika mendidik anak? Berikut beberapa di antaranya:

  1. Sabar dalam mengajarkan kebaikan.
    Selain mengajarkan perbuatan baik, anak juga harus ‘dikenalkan’ dengan Tuhan –sabar dalam menjalankan perintah Tuhan. Ajarkan pula doa-doa harian, adab, akhlak yang baik, dan sebagainya.
  2. Sabar dalam menjawab pertanyaan anak.
    Anak akan mengalami fase dimana ia akan selalu bertanya tentang hal-hal di sekelilingnya mulai dari hal yang besar sampai hal-hal sepele. Sabarlah dalam menjawab setiap pertanyaan anak kita karena dengan anak bertanya pada kita sesungguhnya ia menaruh kepercayaan pada kita sebagai orang tuanya. Jika kita malas menjawab, atau malah marah-marah terhadap pertanyaan anak, maka anak bisa ‘kapok’ bertanya lagi, dan mungkin saja akhirnya dia takkan percaya lagi kepada kita sehingga akan bertanya kepada orang lain. Dan jika ia bertanya pada orang yang tidak tepat sehingga mendapat jawaban yang ‘salah’ akan bagaimana jadinya..??
  3. Sabar menjadi pendengar dan teman yang baik
    Jangan remehkan ‘curhatan’ anak kita, dengarkan dan komentari dengan bijak. Jangan memotong, menghakimi, menghujat, apalagi mencelanya. Tanyakan pendapat dia sendiri tentang hal yang ia ‘curhati’. Berikan beberapa alternatif dan kemungkinan jawaban yang membuat otaknya berpikir dan merasa nyaman untuk ‘curhat’ dengan kita: orang tuanya sendiri.
  4. Sabar ketika emosi memuncak
    Menghadapi kelakuan anak yang nakal memang butuh kesabaran ekstra. Jika amarah itu datang, cobalah sementara untuk menjauh dari anak hingga emosi kita mereda. Setelah reda, baru dekati anak lagi dan cobalah menasehatinya. Menasehati anak sambil marah-marah tidak ada gunanya, apalagi membuat mereka sadar/insyaf –yang ada malah ……… (isi sendiri, hehehe)
  5. Sabar jika sampai saat ini upaya mendidik anak masih belum berhasil
    Bersabarlah jika belum ada hasil yang maksimal dalam mendidik anak kita. Ingatlah bahwa Tuhan selalu melihat proses, bukan hasil. Setiap usaha kita mendidik anak akan dibalas oleh Tuhan walau hal yang kecil sekalipun. Doakan selalu anak kita agar mereka menjadi anak yang sholeh, taat, dan berbakti.

Bersyukurlah karena banyak orang tua yang belum dikaruniai anak, atau yang dikaruniai anak namun memiliki ‘keterbatasan’ atau ‘sulit’. Dengan begitu kita akan berusaha sekuat tenaga untuk selalu sabar dalam mendidik anak-anak. Ibarat bercocok tanam, tanamlah benih unggul dan sabarlah merawatnya, maka kelak kita akan menyemai buahnya.

( sumber: https://muslimah.or.id/6640-buah-manis-kesabaran-dalam-mendidik-anak.html )

Leave your thought