Wisuda

03 Jul
0 comment

Perlukah Wisuda TK, SD, SMP, dan SMA?

Wisuda yang seharusnya bisa menjadi sebuah momen yang membahagiakan bagi para orang tua karena bangga melihat anaknya berhasil menyelesaikan jenjang pendidikannya, saat ini keadaannya malah berbalik arah. Mereka ramai-ramai teriak di media sosial bahwa wisuda harusnya berada di jenjang pendidikan tinggi saja. Tak perlulah wisuda diadakan sejak jenjang PAUD, SD, SMP dan SMA dengan alasan memberatkan sebagian besar orang tua, karena mereka harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit untuk memenuhi hasrat pihak sekolah menyelenggarakan acara wisuda ini.

Penulis tidak menyangka bahwa acara wisuda ini bisa menjadi bumerang bagi para orang tua, karena penulis awalnya berpikir bahwa hal ini sudah melalui pertimbangan yang matang oleh para orang tua untuk mengadakan acara wisuda ini bagi anak-anaknya. Namun sepertinya para orang tua tidak diajak bermusyawarah terkait acara wisuda tsb. Terbukti banyak dari para orang tua yang komplain, merasa acara wisuda ini menambah beban keuangan bagi sebagian besar orang tua. Karena mereka sepertinya tidak menyangka bahwa acara wisuda ini membutuhkan uang yang tidak sedikit jumlahnya. Sedangkan mereka tidak melihat esensi dari acara wisuda ini bagi kualitas perkembangan studi anak-anak mereka. Acara wisuda ini malah terlihat seperti ajang pemborosan.

Menurut hemat penulis, seharusnya wisuda ini hanya diadakan ketika anak-anak kita sudah berhasil menamatkan Pendidikan Tingginya saja, untuk mengapresiasi perjuangan anak-anak kita dalam menempuh studinya, di mana (akhirnya) mereka berhasil menyelesaikan seluruh jenjang pendidikan yang mereka harus lalui. Bukannya sejak PAUD mereka sudah diwisuda, karena perjuangan mereka saja masih belum seberapa, hingga hal ini bisa saja menjadi bumerang bagi anak-anak kita yang (di mana) mereka sudah sejak usia sedini mungkin mendapatkan hak istimewa, yaitu dengan cara mereka diwisuda. Padahal perjuangan mereka dalam menempuh studi masih nun jauh di sana, belum nampak samasekali kontribusi dalam karya ataupun prestasi yang berhasil mereka capai dalam studinya. Tetapi mereka sudah diganjar dengan penghargaan yang ‘tidak sepadan’ dengan perjuangan mereka dalam menempuh pendidikannya.

Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji menilai, acara wisuda di tingkat sekolah mempunyai manfaat yang tidak jelas dan bersifat pemborosan. Untuk itu, dia meminta Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk tegas melarang kegiatan yang memberatkan orang tua tersebut.

“Nggak perlulah ada acara-acara wisuda yang tidak jelas manfaatnya kecuali hanya hura-hura. Pemborosan uang saja itu. Kemendikbudristek harus tegas melarang acara wisuda-wisuda itu yang memberatkan orang tua dan tumbuh subur pungli di sekolah,” ujar Ubaid.

Meskipun ada yang menolak wisuda karena dianggap tidak penting, tapi ada juga yang mendukung, khususnya untuk murid SMK yang biasanya jarang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Sehingga mayoritas mereka tidak merasakan wisuda di perguruan tinggi – walaupun ada juga sebagian kecil lulusan SMK yang lanjut kuliah.

Jadi, pembelajaran apa yang berhasil mereka dapatkan jika penghargaan tersebut tidak selaras dengan usaha yang mereka perjuangkan? Justru dengan cara kita mewisuda mereka, kita malah mematikan daya juang mereka untuk meraih mimpi-mimpi maupun cita-cita mereka, karena belum apa-apa kita sudah memanjakan mereka dengan berbagai penghargaan atau seremonial-seremonial yang tidak dapat memberikan dampak positif yang mereka bisa dapatkan.

Maka wajar apabila banyak dari pihak orang tua yang khawatir dengan acara-acara wisuda ini jika akhirnya lebih banyak memberikan dampak negatifnya dibandingkan dampak positifnya. Mari kita pikirkan sejenak.

 

Rujukan: https://www.republika.id/posts/41973/perlukah-anak-tk-hingga-sma-wisuda

Leave your thought