Ada Apa dengan Konser Coldplay; Fenomena Coldplay bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua, terutama yang tidak kebagian tiket seperti penulis, hehehe.
Bahwa sebagian besar masyarakat kita masih memiliki perasaan fomo (fear of Missing Out) yaitu perasaan takut kehilangan sesuatu karena jumlahnya terbatas, sehingga kita menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkannya. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan tiket Coldplay meskipun harus meminjam sejumlah uang kepada pinjol, hingga menyusahkan diri sendiri (meskipun belum tentu juga sebagian besar dari mereka adalah fans sejati, mungkin hanya sekedar ikut-ikutan saja untuk terjun ke war ticket) karena memang sedang menjadi trending topik di mana-mana soal kedatangan Coldplay ke Indonesia.
Penulis sebelumnya pernah juga menonton konser musik di luar negeri, tetapi keadaannya tidak sampai terjadi war ticket, masih dalam kondisi yang normal-normal saja. Padahal musisi tersebut juga adalah musisi tingkat dunia yang memiliki fan base di mana-mana. Akan tetapi penulis tidak mengalami yang namanya war ticket. Baru saat inila, di Indonesia, penulis mengalaminya.
Bahkan, terdapat 500.000 orang yang berada dalam antrian untuk mendapatkan tiket (padahal tiket yang tersedia hanya 80.000). Video-video yang beredar juga menunjukkan kehebohan dan semangat masyarakat dalam memperebutkan tiket konser tersebut. Ada juga orang yang ingin mendapatkan pengalaman terbaik di konser pertama Coldplay di Indonesia pada bulan November mendatang. Mengumpulkan uang yang dibutuhkan, dengan menjual beberapa barang berharga seperti kulkas, ponsel, printer, dan motor.
Perilaku seperti ini sebenarnya merupakan hasil dari komodifikasi sosial, di mana seseorang bisa menjadi terlena dengan suatu hal hingga bersedia melakukan apa pun untuk mendapatkannya. Tentu saja, ini bukan sesuatu yang salah dari perspektif industri hiburan. Mereka memang berusaha mencari keuntungan. Namun, lapisan masyarakat dengan beragam kemampuan dan tingkat kesadaran kultural harus dihadapi dengan bijaksana.
Memang tidak ada yang salah jika kita mengidolakan sosok seseorang yang terkenal hingga kita berjuang untuk dapat bertemu dengan mereka, tetapi jangan sampai kita termakan oleh hypes atau sesuatu yang viral karena kita ingin dibilang orang yang tidak ketinggalan trend, karena sesuatu yang hypes atau viral sendiri belum tentu memiliki dampak manfaat bagi diri kita, hingga kita terjebak di dalamnya.
Kadang banyak orang yang memanfaatkan momen yang sedang trend atau viral untuk menarik pundi-pundi rupiah bagi keuntungan mereka pribadi dari orang-orang yang FOMO. Padahal mereka sendiri yang menjadi penyebabnya, apalagi dengan adanya sosial media, membuat sesuatu menjadi mudah trending atau viral.
Jadi jangan sampai kita termasuk orang-orang yang terjebak dalam permainan mereka. Jadilah netizen cerdas yang selalu berpikir sebelum bertindak. Jangan sampai diri kita dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.